Sejarah mengungkapkan banyak contoh ketika beberapa penemuan melebihi masanya sendiri. Misalnya, sebagai contoh, kasus yang dialami oleh seorang ilmuan bernama Schwerter (1636) yang menyediakan data detail dari prinsip utama telegrafi dalam bukunya Kesenangan Matematis dan Teknis. Beliau menulis, “Hal seperti itu adalah metode yang memungkinkan untuk berkomunikasi dari dua tempat yang berjauhan dengan alat jarum magnetik.” Telegrap pertama baru diciptakan setelah 200 tahun kemudian”.
Ada banyak contoh pengetahuan menakjubkan dari ilmuwan jaman kuno di berbagai bidang yang terus membuat para peneliti modern terkesima. Salah satu teka-teki paling membingungkan yang dihadapi para ilmuan dewasa ini berhubungan dengan pembangunan piramida Mesir. Masing-masing balok dari piramida terkenal Mesir Heops berbobot 15-100 ton. Langit-langit tempat peristirahatan raja terbuat dari lapisan granit merah berbobot 70 ton. Masing-masing balok granit tersebut saling bersesuaian dengan keakuratan yang ekstrim. Tingkat ketelitian pengerjaan batu berbobot berat di Mesir saat itu melampaui pekerja konstruksi modern yang bekerja dengan balok 300 kali lebih ringan dikali 10 kali.
Sejarahwan Prancis menunjukan bahwa transportasi dalam proses pemindahan batu makam dari tempat suci di Luxor ke Paris berlangsung kurang lebih selama dua bulan. Transportasi tersebut dimulai pada tahun 1835. Banyak orang yang ikut ambil bagian pada proses tersebut dan kepala bagian teknik mempunyai banyak kesulitan dalam pengerjaanya. Batu ini jauh lebih ringan daripada balok yang digunakan untuk membangun piramida.
Batu makam ini kelihatan sangat kecil dibandingkan dengan batu-batu monolit penyusun piramida, begitu juga batu monolit ini kelihatan kecil ketika dibandingkan dengan gumpalan batu di Machu Picchu dan Sakahu- Amane di Peru. Setiap batu dari batu-batu raksasa itu mempunyai panjang enam meter dan lebar tiga meter. Masing-masing batu ditempatkan berjejer antara satu dengan yang lainnya. Tingkat ketelitiannya sangat mengagumkan, menurut ilmuwan Amerika Siegfried Hunter, adalah sesuatu yang sulit dipercaya bila itu diciptakan oleh manusia 500 tahun yang lalu.
Balok batu Peru tidak terlihat sangat besar jika dibandingkan dengan pelat lantai raksasa yang digunakan pada pembangunan candi di Baalbek, di wilayah Libanon modern. Beberapa batu monolit pada pondasinya berbobot hingga 750 ton. Berdasarkan catatan sejarah dan arkeologi, orang yang mendirikan bangunan itu sepenuhnya tidak mengetahui tentang beton dan gerobak roda satu. Oleh karena itu, meninggalkan sebuah misteri bagaimana orang-orang itu berhasil mengangkut balok batu berat tersebut dari tambang dan dengan rapi menempatkannya di samping yang lainnya. Tidak seorang pun bisa memberikan penjelasan logis terhadap fenomena seperti itu.
Beberapa waktu lalu, ilmuwan Soviet M.M. Agrest PhD., membuat sebuah asumsi di halaman surat kabar Literary mengenai proses pembangunan candi terkenal Baalbek. Dia menegaskan bahwa tempat suci tersebut telah dibangun oleh makhluk luar angkasa (aliens). Bagian dalam candi yang luas pada gilirannya digunakan sebagai tempat pendaratan. Menurut ilmuwan, baris kutipan dari Alkitab serta kutipan dari manuskrip yang ditemukan pada tahun 1947 pada bagian barat Laut Merah membuktikan hipotesisnya. Sebagai tambahan, teori Agrest dihubungkan dengan penemuan revolusioner lain yang dibuat ilmuwan Rusia A. P. Kazantsev di Peru. Yang terakhir penemuan lukisan gua secara jelas melukiskan mesin misterius atau kapal ruang angkasa. Terdapat juga kemungkinan bahwa konstruksi mahabesar di Mesir dan Libanon serta tempat lain di seluruh dunia bagaimanapun saling berhubungan.
Juga terdapat konstruksi mahabesar lain di berbagai belahan dunia. Yang pertama, Stonehenge di Inggris. Bangunan ini hampir berusia 4000 tahun. Menurut analisis terkini, monumen magalitik ini, terdiri dari beberapa ratusan balok batu berbagai ukuran menggambarkan sebuah observatorium astrologi yang unik. Balok batu hampir berbobot 30 ton. Beberapa diantaranya diangkut dari jarak 400 kilometer. Kemudian masing-masing balok disusun teratur dan tegak pada tempat yang tepat. Para ilmuwan mengetahui dengan sempurna orang-orang yang biasanya mendiami areal tersebut pada masa lalu. Mereka juga mengetahui fakta tak satu pun dari individu itu yang cukup mampu untuk membangun sesuatu yang serumit ini. Selain tingkat perkembangan mereka secara keseluruhan belum maju. Orang-orang tidak memerlukan sebuah observatorium.
Jadi siapakah yang membangunnya? Untuk apa? Teknologi macam apakah yang digunakannya? Ini adalah misteri lain yang terus membingungkan orang-orang. Pada tahun 1772 pelaut Belanda Jacob Roggwen menemukan sebuah pulau kecil di bagian barat Samudra Pasifik, yang kemudian ia namakan dengan Pulau Paskah. Pada masa lalu, populasi keseluruhan pulau tersebut tidak bisa melampaui 2.000 - 3.000 orang. Pulau Paskah sebagian besar terdiri atas tanah tandus dan berdasarkan pada beberapa pengujian, kelihatannya tak ada satu pohon pernah tumbuh pada daerah itu. Oleh karena itu, meninggalkan ketidakjelasan bagaimana bisa penduduk mengangkut balok batu berat untuk monumen terkenal mereka yang dikenal sebagai “moai”. Mereka pasti tidak bisa memakai roda rol kayu manapun untuk transportasi “moai”. Jadi bagaimana mereka mengangkutnya?
Pada kedatangan pertama misioner ke pulau itu, mereka menemukan banyak tanda dengan hieroglip berada disamping beberapa patung. Yang mengatakan, bahwa beberapa tanda telah dihancurkan, sementara beberapa lainnya telah dikirim ke Vatikan, dimana mereka masih bisa ditemukan hari ini. Ilmuwan dari seluruh bangsa hanya bisa memecahkan beberapa tanda. Legenda mengatakan sejenis manusia putih yang turun dari langit. Tetapi, hal ini masih tidak jelas apakah legenda ini mempunyai suatu hubungan dengan patung tersebut.
Juga terdapat sejumlah besar penemuan yang menyamai lukisan Nasca yang ditempatkan di bagian barat laut Peru dan hanya terlihat dari atas. Ilmuwan terkenal Masson sangat yakin bahwa ada sesuatu dari atas yang memberikan bimbingan dalam pengerjaan lukisan besar itu.
Buku India kuno yang sakral Ramayana dan Mahabarata, sebagai contoh, berbicara tentang makhluk luar angkasa “anak-anak dari bulan dan matahari” mendarat di bumi. Buku-buku ini juga menyebutkan pertempuran yang mana mirip dengan perang nuklir. Kedua buku ini telah berumur lebih dari 2000 tahun. Namun, masing-masing buku ini menyebutkan peristiwa yang telah terjadi 20-30 tahun yang lalu. Ramayana dan Mahabarata melukiskan benda terbang berbentuk bulat yang bahan bakarnya berupa air raksa. Sangat menarik, ide mesin terbang berbahan bakar air raksa pernah didiskusikan pada kongres internasional di Paris tahun 1959. Buku-buku tersebut juga memberikan keterangan rinci tentang peledakan bom yang dapat “menghancurkan seluruh kota dan menciptakan kilatan cahaya yang sama dengan 100.000 matahari.”
Ini adalah teka-teki lain. Pada 50 tahun dari abad lalu, ilmuwan Soviet, India, dan Amerika sampai pada kesimpulan bahwa 10.000 tahun yang lalu nenek moyang orang Eskimo sekarang telah menghuni wilayah modern Asia tengah, Mongolia dan Ceylon, mereka tidak bermigrasi ke Greenland beberapa tahun kemudian. Juga tampak bahwa migrasi mereka agak mendadak. Kenapa? Apa yang menyebabkan orang-orang itu meninggalkan koloni mereka dan mengejar “akhir dunia”, sejauh ini tak seorang ilmuwan pun mampu memberikan penjelasan logis terhadap misteri itu. Dongeng-dongeng Eskimo sangat kaya legenda. Beberapa legenda itu membahas tentang burung yang terbuat dari besi yang mengangkut nenek moyang mereka ke utara.
Teka-teki ini melambangkan sebagian kecil dari misteri peradaban prasejarah yang ada. Para ilmuwan terus membuka tabir misteri yang paling luar biasa.(erabaru.or.id)*
(Vadim Ilyin, Source: UFO #42, 2002)